Selasa, 06 Juni 2017

Save Linkin Park, From Metal to Pop

Ngambil dari instagram.com akunnya Linkin Park 


Kamu suka denger musik? Watching TV or film? Reading books? Makin kesini hal hal seperti ini makin ngga jelas ya.

Semua lebih suka menuruti maunya orang lain. Bukan lagi memperhatikan passion ataupun kesenangan sendiri dalam berkarya. Orang nyiptain musik, acara TV,  film ataupun buku berdasar apa yang laku dipasaran. Yang nda mau ikut maunya pasar akan hilang namanya. Kek saya mungkin males menulis mengikuti pasar. Alhasil hilang nama saya dari peredaran pernovelan (hahaha alibi,  padahal emang karena males berkembang).

Jadi sebenarnya saya ingin bahas soal genre musik salah satu band kesukaan saya. Apa itu? Big bang? EXO?  One Direction? No!

Actually, it's Linkin Park gaes! Denger lagu band ini udah dari SD. Saat harusnya saya dihiasi lagu anak anak balonku ada lima atau tepuk anak sholeh kan malah saya sering teracuni lagu Linkin Park. Waktu itu belum ngerti bahasa Inggris. Nah, mulai suka semenjak SMP. Jaman dulu keren, masih ada MTV musik musik international gitu. Kalian pasti tahu dong lagu "What I've Done" nya Linkin Park?! (Kebangeten nek ra ngerti). Dulu munculnya bareng bareng sama 30 seconds to Mars yang judulnya "From Yesterday". Hitz juga ini dulu di MTV.

Saya memang ga bisa main musik.  Nyanyi apalagi. Saya cuma pendengar. Itu pun sering kudet alias kurang updet. Tapi sekudet kudetnya saya yah,  setahu saya yaaah dari saya kenal lagu Linkin Park, dari jaman Om Chester masih uhuy mereka ini melabeli diri bahwa mereka ini band Metal. Coba aja tuh dengerin Hybrid Theory, metaaaal abis.

Tapi kalian tahu gak sih ketika single "Heavy" Linkin Park yang baru saja muncul featuring dengan Kiara? Kedengeran agak soft kan? Kurang Metaaal broh. I thought, "oooh lagunya agak slow yaa.. Gak kayak biasanya. Apa mungkin karena duet sama Kiara kali ya." Tapi karena suaranya Om Chester emang keren jadi termaafkan lah ya. Mungkin ini lagunya agak agak macem versi "Shadow Of The Day" gitu atau "Leave out of the rest".

Setelah ada yang meributkan soal ini di fesbuk,  saya baru mulai penasaran. Ternyata emang genre musiknya Linkin Park bergeser. Apalagi setelah saya tau single yang "Battle Symphony". Ternyata Dua single Linkin Park dari Album barunya yang One More Light ini genrenya Pop semua. Oh my...

Ya jelas beda dengan "Shadow of the Day" dan "Leave Out All The Rest" yang notabenenya bergenre alternative rock.

Apa mereka mulai mengikuti pasar? Apa mereka seperti Taylor Swift yang awalnya dengan musik bergenre Country jadi Pop juga. Wah padahal saya saat itu merasa senang ada penyanyi muda keren yang sukses dengan lagu country.

Oke,  back to Linkin Park. Kalau kalian search di Wikipedia kalian bakal bisa nemuin kalau di sana Linkin Park masih tertulis sebagai American Rock Band tapi genre musiknya Pop,  cuy!
Masa iya kita harus bikin hastag #savelinkinpark #kembalikanlinkinpark hahha.

Yah apapun itu alasan Linkin Park  bagi saya suara Om Chester yang keren,  bisa lah termaafkan. Tetep uhuy lah. Mungkin itu memang sudah menjadi pilihan mereka.  Hiks.

Satu lagi band yang saya sangat suka, yang udah saya sebutkan tadi di depan.  Thirty seconds to Mars, bergenre alternative rock. Band ini cukup konsisten sih sama genrenya dan mereka tetep masih bisa eksis kok. Masih sering ngadain konser juga. Dan fans nya bejibun. Jadwal tour nya bulan Juni aja udah bejibun banget tuuuh!

Saya nggak ngerti lagi nanti ketika 30 Seconds to Mars dan Avenged Sevenfold jadi nyanyi pop 😰. Atau jangan jangan malah berubah jadi boyband kayak oppa oppa Korea (kalau mereka sih cute). Duh maaak.

Yah semoga saja apapun yang kita lakukan itu tetap bisa memfasilitasi passion kita ya,  gaes. Jangan lupa!  Hastag #savelinkinpark hahaha.

PS : artikel ini saya tulis terinspirasi setelah bang shiro ngampus posting di status FBnya soal lagu Heavy versi NU Metal 😁

Sabtu, 13 Mei 2017

Seperti Apa Orientasi JODOH mu?

Mari kita buka bahasan ini dengan check orientasi masing-masing. Tahun berapa sekarang? Kalau yang jawab dua ribu tujuh belas berarti selamat orientasi kamu masih bagus. Kalau yang jawab 2015 mungkin bukan orientasi kamu yang terganggu tapi mungkin kamu belum move on aja. Ups.

Well,  2017 ini berapa umurmu? Kalau nggak mau mengakui umur berarti anggap aja kamu gangguan orientasi umur.

Kalau saya sih ngaku aja,  umur saya udah dua puluh empat.  Belom lho,  belum 25 jangan sensi. Umur-umur segini sih katanya udah pantes mikirin jodoh. Aku udah bilang lho, "KATANYA". Jangan sensi. Kalau saya sih santai. As long as you're not going to comment this article with kind of question like "Kamu kapan nikah?", aaah saya mah santai.

Orientasi tahun sudah,  umur sudah,  trus kek mana macam orientasi jodohmu? Uhuk.
Baiklah tadi udah tahu kan ini tahun berapa dan umurmu berapa? Jadi orientasi jodohnya tolong disesuaikan. Jangan maunya yang selangit. Nanti 2030 baru kesampean terbang ke langit.

Kalau kamu masih 17-20 tahun ya masih pas lah kalau kamu pengen jodoh yang ganteng,  sholeh,  kaya,  putih, wangi,  bla bla blaaah.. Itu juga kalau ada yang macam itu mau sama kamu. Eh,  maaf. Jangan sensi, yaa.

Kalau jodoh mah nggak harus ganteng/cantik , kan katanya ganteng/cantik itu relatif. Nanti kalo udah cinta juga ganteng sendiri. Eh.

Yang terpenting itu gambaran masa depannya kayak apa. Punya ndak dia gambaran masa depan yang jelas dan realitis. Jangan cari yang cuma ngajak hidup susah. Eits,  jangan sensi dulu. Mari kita bahas soal ini.

Kamu akan pilih pasangan yang mana diantara kedua ini :

Pertama : "Aku ini cuma kerja sebagai karyawan. Gajiku sebulan cuma 500rb. Apa kamu masih mau sama aku? Apa kamu mau menerimaku apa adanya? Aku nyari istri yang mau diajak hidup susah."

Kedua : "Aku bekerja sebagai karyawan. Gajiku sebulan 500ribu. Memang tidak banyak,  tapi aku akan berusaha untuk mencari tambahan lain. Aku akan berusaha membahagiakanmu. Kita akan merawat rumah bersama,  membersihkan rumah bersama,  memasak bersama,  merawat anak bersama. Melakukan segalanya bersama. Jadi kamu mau kan menerimaku? "

Jadi kamu pilih orientasi pasangan yang pertama atau yang kedua? Sama kok. Sama sama karyawan dengan gaji 500ribu.

Kalau saya sih pilih yang kedua. Menghargai pekerjaannya dan masih punya rencana buat improve diri kedepannya. Dan yang jelas berjanji untuk membahagiakan. Urusan mburine piye mbuh ngko dipikir keri. Eh,  maaf. Jawanya keluar.

Intinya yang penting berjanji untuk menbahagiakan. Urusan itu nanti bertemu banyak penyulit hidup saat bersama kan bisa dihadapi bersama dengan saling menyemangati,  memotivasi,  kan jadinya tetap bahagia.

Selama ada Mas,  adek nggak akan ngerasa sedih. Uhuk.

Jadi masih mau diajak hidup susah? Karena energi positif pada pasangan yang baik akan membuat hidup terasa ringan meski keadaan sulit menghimpit.

Soal menerima apa adanya itu kalau dari awal sudah disebutkan sebagai karyawan dengan gaji 500ribu, ya pasti tho sudah diterima dengan apa adanya. Gausah nanya lagi.

Lagian apa adanya gak selalu bagus. Nih quote favorite saya. Quote by Almaidah Swan. "To be who you are is not always good. Sometimes you need to change." Orang itu kan harus selalu berubah menjadi lebih baik. Gausah berat-berat mikirnya. Contoh aja hari ini skor baiknya 27 persen yaah besok-besok meningkat lah jadi 27,5 persen.

Kadang ada yang bilang "Jadi dirimu sendiri aja. Biarkan orang lain mencintaimu apa adanya."
Apa adanya disini akan berbeda maknanya. Mari kita bedakan dalam 2 case.
Yang pertama, "aku nggak begitu suka ke mall sukanya ke tempat wisata. Lalu kamu memaksanya untuk menyukai Mall seperti kamu. Yo nggak bisa! Itu merubah dia yang apa adanya.
Yang kedua, Ya beginilah aku apa adanya. Sholat masih sering bolong,  ngaji belum bisa, apalah aku ini. Lah. Then you need to change! Katanya mau dapet jodoh sholeh/ah.

Kemudian akan terlihat lebih optimis, berani, dan bersemangat ketika bilang "Ka
mu mau kan menerimaku?". Seolah olah jawabannya itu cuma IYA.

Beda kan sama "Kamu masih mau sama aku?". Yo nek aku tak jawab ORA, mas. Alias ngga mau saya. Keliatan pesimis gitu sama diri sendiri. Gimana nanti orientasi masa depan kita,  Mas. Gimaanaaa?! Eh,  maaf mulai nggak santai.

Jadi bahasan yang segambreng ini intinya,  gausah pilih pasangan yang muluk-muluk. Cukup punya rencana masa depan yang jelas dan memang sedang dicoba untuk direalisasikan. Menemani berjuang kan akan lebih so sweet daripada tiba-tiba udah dapet orang mapan dan sukses. Kalau dia udah tiba-tiba mapan dan jadi sukses ngapain dia mau sama kamu? Kan dia bisa nyari yang lebih mapan dan sukses juga? Eh,  sensi lagi ya? Maaf.

Jadi yuk inget ini udah tahun berapa,  umur berapa,  jangan lagi berpikir terlalu tinggi sampai kita lupa menyadari posisi kita sendiri.

Inget orientasi umur, mulailah orientasikan jodoh dengan baik.
Toh sebenarnya ngga ada yang ngelarang sih kamu mau jodoh ganteng, mapan,  duitnya banyak, dan lain-lain. Tapi kan lebih baik tho kalau mengorientasikannya berdasarkan agama.

Orang yang baik agamanya kan tau kalau tidak menyia-nyiakan masa depan,  kesehatan,  dan waktu itu penting. Apalagi tidak menyia-nyiakanmu itu yang terpenting. Uhukkkk..