Jumat, 03 Oktober 2014

Para Super Hero



Saya sudah selama hampir dua minggu ini menjalani profesi. Apa itu profesi? Ya biar lebih gampang dipahami sebut saja “koas perawat”. 

Saya koas di rumah sakit yang satu-satunya lolos akreditasi international JCI (Join Commite International). Alhasil hampir semua pasien yang masuk ke rumah sakit ini penyakitnya kompleks sekali. Begitu juga dengan bangsal dimana tempat saya praktek yaitu di bangsal syaraf.

Hampir semua pasien mengalami kelemahan dan kelumpuhan. Bahkan tak jarang pasien mengalami penurunan kesadaran atau koma.

Awal saya masuk saya merasa biasa saja. Mengamati setiap keadaan pasien. Mempelajari apa yang seharusnya dipelajari oleh seorang praktikan.

Ditengah-tengah hiruk pikuk semua itu, saya tidak jarang mengamati para keluarga pasien. Para suami yang gigih merawat istri mereka. Menunggui dengan sabar. Menggantikan popok, mengepel badannya, menyuapi dengan penuh perhatian. Mendengarkan setiap keluh kesakitan istrinya dan berusaha memegang tangannya.

Saat saya sedang memberikan obat terkadang saya mengamati wajah-wajah lelah mereka yang menunggui istrinya bukan hanya 1 atau 2 hari saja tetapi hampir 1 bulan atau kadang malah lebih. Terkadang mereka berbaring dilantai. Mencuri-curi waktu untuk tidur. Apalagi jika terkadang mereka berasal dari luar kota dan meninggalkan pekerjaan mereka.

Pernah saya ketika sedang mengikuti perawat untuk memasang pasien yang akan diinfus, suami pasien membangunkan pasien. Memberitahukan bahwa sudah waktunya sholat. Dia bangunkan istrinya yang mengalami penurunan kesadaran itu dengan menepuk-nepuk pelan lengannya. “Bu, bangun. Sudah waktunya isya.” Istrinya yang terpasang banyak peralatan kesehatan itu masih tidak terbangun. Dia tetap berusaha untuk memberitahukan pada istrinya bahwa sudah tiba waktu untuk isya.

Sungguh saat itu rasanya saya ingin menangis ditempat. Tapi mana boleh seperti itu. Perawat (ya meskipun baru calon) hanya boleh sebatas empati. Tidak boleh bersimpati.
Pagi ini juga salah satu keluarga pasien ada yang bilang seperti ini ke saya-saat saya sedang melepas infus agar bisa dipasang yang baru oleh perawat- “Mbak, kenapa nggak tangan saya aja yang ditusuk? Kasian ditusuk-tusuk terus.”

Saya seperti melihat banyak sekali super hero disini. Bukan cuma sekedar superhero disinetron-sinetron yang sekarang lagi ngetren di tipi. Tetapi mereka para suami yang sangat setia merawat istri mereka dengan wajah-wajah lelah mereka. 

Semoga kita semua dan anggota keluarga kita selalu diberikan kesehatan dan keberkahan. Biar saja kalo kami memang harus merawat dan membantu banyak orang yang sakit. Asalkan bukan keluarga saya sendiri yang sakit.