Oleh : Almaidah Swan
Dua pasang kekasih itu
duduk di taman yang terletak di pinggir jalanan kota. Mereka berdua menatap ke
arah air mancur di tengah kolam. Keduanya masih sama-sama terdiam dengan
pandangan kosong. Dua pasang kekasih yang sebenarnya telah diujung tanduk.
Si wanita sedari tadi
menggenggam kotak musik dengan erat di tangannya.
“Maafkan aku Reksa.”
Gumam Alysa. Ditatapnya wajah Reksa yang masih menatap kosong lurus ke arah air
mancur di kolam.
“Tidak ada yang perlu
dimaafkan. Sejak aku tahu kamu lebih memilih orang lain maka sejak saat itu aku
memutuskan untuk tidak memiliki perasaan apapun terhadapmu. Bahkan marah pun
aku tidak ingin. Jadi tidak ada yang perlu untuk dimaafkan.”
Mendengar perkataan Reksa,
Alysa menjadi semakin merasa sangat bersalah. Sepertinya Reksa sekarang telah
menjadi sangat keras dan tidak akan lunak lagi dengan perkataan maaf darinya.
“Kotak musik ini?”
“Oh. Itu sudah menjadi
milikmu sejak aku memberikannya padamu tiga tahun lalu. Kalau kamu tidak suka,
kamu buang saja.”
Alysa membelai kotak
musik pemberian Reksa dalam rangka anniversary
mereka yang pertama.
Kini mata Alysa basah.
Ia tidak pernah diperlakukan sedingin ini oleh Reksa sebelumnya. Alysa memang
saat ini telah memutuskan lebih memilih orang lain. Bukan karena ia sudah tidak
mencintai Reksa, tetapi ia tak mampu mengendalikan hatinya untuk tidak
mencintai orang lain.
“Karena mulai saat ini
kita sudah tidak ada apa-apa lagi, sepertinya tidak ada alasan untukku tetap di
sini bersamamu. Jadi aku pergi.”
Reksa meninggalkan
Alysa yang masih menggenggam erat kotak musik pemberiannya. Kotak musik yang
hanya akan menjadikan lagu di dalamnya sebagai nyayian selamat tinggal
sekarang.